Kantong
semar atau dalam nama latinnya Nepenthes sp. pertama kali dikenalkan
oleh J.P Breyne pada tahun 1689. Kantong Semar
(Nepenthes sp) merupakan tumbuhan langka yang dilindungi di Indonesia
berdasarkan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya dan PP No.7 tahun 1999 tentang jenis- jenis
tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Selain itu semua spesies Nepenthes
masuk kedalam daftar CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Flora and Fauna ) sebagai tanaman rentan
kepunahan.Dari
103 spesies kantong semar di dunia yang sudah dipublikasikan, 2 jenis:
N. rajah dan N. khasiana masuk dalam kategori Appendix-1. Sisanya berada
dalam kategori Appendix-2. Itu berarti segala bentuk kegiatan
perdagangan sangat dibatasi. .
Di Indonesia, sebutan untuk tumbuhan ini berbeda antara daerah satu dengan yang lain. Masyarakat di Riau mengenal tanaman ini dengan sebutan periuk monyet, di Jambi disebut dengan kantong beruk, di Bangka disebut dengan ketakung, sedangkan nama sorok raja mantri disematkan oleh masyarakat di Jawa Barat pada tanaman unik ini. Sementara di Kalimantan setiap suku memiliki istilah sendiri untuk menyebut Nepenthes sp. Suku Dayak Katingan menyebutnya sebagai ketupat napu, suku Dayak Bakumpai dengan telep ujung, sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya dengan selo bengongong yang artinya sarang serangga (Mansur, 2006).
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Caryophyllales; Famili: Nepenthaceae; Genus: Nepenthes;
Di Indonesia, sebutan untuk tumbuhan ini berbeda antara daerah satu dengan yang lain. Masyarakat di Riau mengenal tanaman ini dengan sebutan periuk monyet, di Jambi disebut dengan kantong beruk, di Bangka disebut dengan ketakung, sedangkan nama sorok raja mantri disematkan oleh masyarakat di Jawa Barat pada tanaman unik ini. Sementara di Kalimantan setiap suku memiliki istilah sendiri untuk menyebut Nepenthes sp. Suku Dayak Katingan menyebutnya sebagai ketupat napu, suku Dayak Bakumpai dengan telep ujung, sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya dengan selo bengongong yang artinya sarang serangga (Mansur, 2006).
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Caryophyllales; Famili: Nepenthaceae; Genus: Nepenthes;
Tumbuhan ini
diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora karena memangsa serangga.
Kemampuannya itu disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantong yang
menjulur dari ujung daunnya. Organ itu disebut pitcher atau kantong.
Kemampuannya yang unik dan asalnya yang dari negara tropis itu menjadikan
kantong semar sebagai tanaman hias pilihan yang eksotis di Jepang,
Eropa, Amerika dan Australia. Sayangnya, di negaranya sendiri justru tak
banyak yang mengenal dan memanfaatkannya (Witarto, 2006). Selain
kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman ini
adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Secara keseluruhan,
tumbuhan ini memiliki lima bentuk kantong, yaitu bentuk tempayan, bulat
telur/oval, silinder, corong, dan pinggang.
Kantong
semar tumbuh dan tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia
Tenggara, hingga Cina bagian Selatan. Indonesia sendiri memiliki Pulau
Kalimantan dan Sumatera sebagai surga habitat tanaman ini. Dari 64 jenis
yang hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat di Borneo
(Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei) sebagai pusat penyebaran
kantong semar. Pulau Sumatera menempati urutan kedua dengan 29 jenis
yang sudah berhasil diidentifikasi. Keragaman
jenis kantong semar di pulau lainnya belum diketahui secara pasti.
Namun berdasarkan hasil penelusuran spesimen herbarium di Herbarium
Bogoriense, Bogor, ditemukan bahwa di Sulawesi minimum sepuluh jenis,
Papua sembilan jenis, Maluku empat jenis, dan Jawa dua jenis (Mansur,
2006).
Habitat Kantong
semar hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di habitat
yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi.
Tanaman ini bisa hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan
pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang
savana. Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya, kantong semar dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu kantong semar dataran rendah, menengah, dan
dataran tinggi. Karakter
dan sifat kantong semar berbeda pada tiap habitat. Beberapa jenis
kantong semar yang hidup di habitat hutan hujan tropik dataran rendah
dan hutan pegunungan bersifat epifit, yaitu menempel pada batang atau
cabang pohon lain. Pada habitat yang cukup ekstrim seperti di hutan
kerangas yang suhunya bisa mencapai 30ยบ C pada siang hari, kantong semar
beradaptasi dengan daun yang tebal untuk menekan penguapan air dari
daun. Sementara kantong semar di daerah savana umumnya hidup terestrial,
tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 m.
Sumatera
merupakan urutan kedua setelah Kalimantan sebagai tempat penyebaran
spesies, tapi dari segi jumlah populasi Sumatera dapat mengimbangi
Kalimantan. Dari jenis-jenis yang sudah ditemukan di Sumatera, 12 di
antaranya masih dalam proses identifikasi Anonimus, 2006). Semua jenis
Nepenthes sp. yang ada di Sumatera tersebar dari dataran rendah sampai
ke dataran tinggi. Kantong
semar (Nepenthes sp.) di Sumatera memiliki beberapa sebutan seperti
periuk monyet di Riau, kantong beruk di Jambi, dan Ketakung atau calong
beruk di Bangka. Bahkan di Gunung Kerinci (Sumatera Barat) ada sebutan
terompet gunung untuk jenis Nepenthes aristolochioides. Pada awalnya,
Nepenthes sp. di Sumatera sangat mudah ditemukan di hampir seluruh tipe
hutan dan tersebar hampir merata di setiap provinsi, kecuali untuk jenis
endemik tertentu. Akan tetapi, sekarang sudah mulai sulit dijumpai,
kecuali di daerah tertentu.
Potensi Kantong
semar memang belum sepopuler tanaman hias lainnya seperti anggrek, dan
aglaonema. Namun, saat ini kepopuleran kantong semar sebagai tanaman
hias yang unik semakin meningkat seiring dengan minat masyarakat pecinta
tanaman hias untuk menangkarkannya. Nama tanaman dari famili
Nepenthaceae ini sudah terkenal hingga ke mancanegara. Bahkan di
negaranegara seperti Australia, Eropa, Amerika, Jepang, Malaysia,
Thailand, dan Sri Lanka budidaya tanaman ini sudah berkembang menjadi
skala industri. Ironisnya, tanamanan pemakan serangga ini kebanyakan
jenisnya berasal dari Indonesia.
Selain berpotensi sebagai tanaman hias, kantong semar juga dapat digunakan sebagai obat tradisional (Mansur, 2006). Sementara itu, kandungan protein di dalam kantongnya berpotensi untuk pengembangan bertani protein menggunakan tanaman endemik Indonesia (Witarto, 2006). Dalam penelitiannya baru-baru ini, Witarto (2006), berhasil mengisolasi protein dalam cairan kantong atas dan kantong bawah dari N. gymnamphora dari Taman Nasional Gunung Halimun. Dari masing-masing 800 ml cairan yang dikumpulkan dari kantong, dapat dimurnikan protein sebanyak 1 ml. Uji aktivitas terhadap protein yang telah dimurnikan menunjukkan bahwa protein itu adalah enzim protease yang kemungkinan besar adalah Nepenthesin I dan Nepenthesin II.
Dalam Ekspedisi Gunung Patah (10 - 21 Mei 2015), tim menemukan titik yang menjadi habitat Kantong semar (Nepenthes sp) di HL Raje Mendare. Habitat berada di titik ketinggian 1900 mdpl koordinat S 04' 19 08 7 E 103' 18 15 3 yang memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi.
Selain berpotensi sebagai tanaman hias, kantong semar juga dapat digunakan sebagai obat tradisional (Mansur, 2006). Sementara itu, kandungan protein di dalam kantongnya berpotensi untuk pengembangan bertani protein menggunakan tanaman endemik Indonesia (Witarto, 2006). Dalam penelitiannya baru-baru ini, Witarto (2006), berhasil mengisolasi protein dalam cairan kantong atas dan kantong bawah dari N. gymnamphora dari Taman Nasional Gunung Halimun. Dari masing-masing 800 ml cairan yang dikumpulkan dari kantong, dapat dimurnikan protein sebanyak 1 ml. Uji aktivitas terhadap protein yang telah dimurnikan menunjukkan bahwa protein itu adalah enzim protease yang kemungkinan besar adalah Nepenthesin I dan Nepenthesin II.
Dalam Ekspedisi Gunung Patah (10 - 21 Mei 2015), tim menemukan titik yang menjadi habitat Kantong semar (Nepenthes sp) di HL Raje Mendare. Habitat berada di titik ketinggian 1900 mdpl koordinat S 04' 19 08 7 E 103' 18 15 3 yang memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi.
Salam Lestari !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar