KPPGPPL BLOG: Oktober 2014

Kamis, 30 Oktober 2014

Prinsip Pegelolaan Konservasi


Secara umum pengelolaan kawasan konservasi meliputi: (1) Pengelolaan landskap, (2) Pengunjung, dan (3) Populasi Rafflesia. 

Pengelolaan landskap pada intinya berusaha menyerap tekanan penduduk pada saat sama menghindari kepunahan jenis yang kita lindungi dengan melalui teknik zoning.   Sistim zoning terdiri zone inti, transisi, penyangga, dan produktif.   Zone inti terdiri dari kawasan dimana dijumpai koloni kuncup Rafflesia.  Di zone inti, campur tangan manusia dibuat sangat minim, sehingga kumunitas tumbuhan dan lingkungan Rafflesia terjaga.  Zone transisi merupakan kawasan yang melingkupi kawasan zone inti. Di dalam zone ini campur tangan manusia sudah mulai sedikit lebih intensif, dan pemanfaatan terbatas kawasan diperbolehkan.   Bentuk agroforestry dengan menjaga struktur dan komunitas tumbuhan semirip mungkin dengan zone inti merupakan alternatif yang baik dalam pengelolaan zone ini.  Zone penyangga melingkupi  ke dua zone terdahulu, dan campur tangan manusia lebih intensif, dan pemanfaatkan yang lebih luas diperbolehkan.  Agroforestry masih merupakan pilihan yang baik pada pengelolaan zone ini.  Perbedaannya dengan sistim agroforestry yang pertama adalah komposisi tanaman perkebunan atau pertanian lebih dominan.  Zone komersial merupakan zone terluar dan meliputi ke tiga zone terdahulu.   Zone ini memberikan leluasa bagi masyarakat untuk memanfaatkan lahan.  Sistim zoning diharapkan akan membebaskan tekanan ekologi dan ekonomi bagi Rafflesia. Sistim zoning ini sangat cocok bagi Rafflesia di lahan penduduk atau kawasan hutan yang berdekatan dengan pemukiman.

Managemen pengunjung ditujukan untuk meminimalkan efek negatif terhadap populasi Rafflesia, pada saat yang sama memaksimalkan manfaat ekonomi pengunjung terhadap kesejahteraan masyarakat sekitarnya.  Dalam konteks ini, menentukan Rafflesia sebagai satu-satunya objek wisata di kawasan tertentu adalah tindakan yang kurang tepat.  Rafflesia harus dipandang sebagai flag species, objek utama, yang harus dimanfaatkan untuk mengangkat objek lainnya di sekitarnya sebagai objek wisata lingkungan atau ekoturisme. Objek lainnya dapat berupa pemandangan alam,  tempat bersejarah, agrowisata (kebun Durian atau Jeruk), atau wisata kuliner (makanan khas). Dengan demikian tersusunlah rencana pengelolaan Rafflesia yang terpadu. Pengaruh yang paling besar dari perencanaan yang  terpadu adalah lamanya tinggal, banyaknya pengeluaran oleh wisatawan, dan banyaknya stakeholder yang terlibat.  Dampak yang diharapkan dari hal tersebut di atas adalah  peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga meningkatkan kesadaran pentingnya Rafflesia.


Di dalam kawasan Rafflesia, pengelolaan pengunjung ditujukan mengurangi dampak negatif pengunjung sedikit mungkin terhadap kuncup dan bunga.  Oleh karena itu dibutuhkan petunjuk standart operasional yang jelas.  Aturan dasar masuk kawasan Rafflesia dapat berupa antara lain: (1) Jangan masuk kawasan sendirian dan harus dengan pemandu wisata (guide) setempat, (2) Selalu berjalan di dalam jalan setapak yang telah tersedia, (3) Hanya satu rombongan (5 pengunjung) di dekat lokasi Rafflesia dan tiap rombongan harus bergiliran untuk melihat, (4)  Hati-hati melangkah, kemungkinan anda menginjak kuncup yang kecil, (6) Jangan merusak dan mengambil tumbuhan, (7) Jangan membuang sampah di dalam kawasan, dan (8) Hormati budaya setempat.   Petunjuk standart operasional mensyaratkan design kawasan yang terperinci.  Design ini dibuat dengan memperhatikan arah inang dan masing-masing kuncup Rafflesia, rencana jalan setapak , sehingga mengurangi resiko kuncup terinjak oleh pengunjung.
 
Source By : Sofian Ramadhan (KPPL) Bengkulu

Senin, 20 Oktober 2014

Hutan Tropis Padang Huci Hulu Layak Menjadi Kawasan Konservasi Rafflesia

Kawasan hutan tropis yang selain masih asri menyimpan kekhasan yang bernilai sangat tinggi, daerah yang ditumbuhi flora langka dunia yaitu Rafflesia jenis bengkuluensis dan Rafflesia jenis arnoldii. Diantaranya Rafflesia bengkuluensis merupakan jenis baru dari Indonesia. Jenis ini terbilang langka sejak didiskripsikan oleh Agus Susatya bersama dua rekannya dari Malaysia (Arianto, et Mat-Salleh) di desa Talang tais Kabupaten Kaur pada tahun 2005 silam. Jenis ini memakai epithat “Bengkuluensis” untuk menghormati Bengkulu sebagai lokasi pertama kali jenis ini didiskripsikan. Kawasan ini berada di desa Manau Sembilan Padang Guci Hulu terletak sekitar 200 kilometer di selatan ibu kota Provinsi Bengkulu, 60 kilometer dari kota Manna Bengkulu Selatan, dan sekitar 50 kilometer di utara kota Bintuhan Kabupaten Kaur yang secara adminsitratif merupakan wilayah di Kabupaten Kaur.



Seajak Februari hingga Oktober 2014 tercatat oleh Komunitas Pemuda Padang Guci Peduli Puspa Langka, sebanyak 21 kuncup rafflesia mekar dalam kawasan ini, tiga diantaranya diremukan telah membangkai, dan saat ini di lokasi tercatat 16 bonggol/calon bunga rafflesia jenis arnoldii dan 15 bonggol rafflesia jenis bengkuluensis. Klik disini untuk detail lengkapnya..

Namun sangat disayangkan banyaknya bunga rafflesia yang mekar di hutan ini tidak dikelola dengan baik. di lokasi belum memiliki ruang informasi konservasi puspa langka dimana bangunan sederhana ini sangat penting untuk pusat informasi dan tempat berkumpul maupun beristirahat para pengunjung yang ingin melihat puspa langka Bengkulu. padahal dari sudut frekuensi bunga mekar, dan aksesibilitas yang mudah dicapai, bunga ini sangat berpotensi sebagai salah satu daya tarik yang kuat untuk pengembangan ekonomi masyarakat melalui ekoturisme. Ditambah lagi Hutan yang masih sangat asri dan terbilang cukup eksrim tentu akan menambah sense petualangan bagi yang berjiwa petualang dan bagi mereka yang mencintai alam bebas.

Gambar : Jalur Memasuki Kawasan Rafflesia
Tonton Videonya disini : http://www.youtube.com/watch?v=WbXoeFxVxBU&list=PL6G0XIsQeKnOm4D8_tqaj2np3jv2PvJ7M

Salam Lestari !! Salam Rimbawan !!!

Minggu, 05 Oktober 2014

Rafflesia bengkuluensis Mekar Sempurna Diameter 60 Centimeter di Padang Guci Kaur

Rafflesia bengkuluensis mekar sempurna pada hari Sabtu, 04 Oktober 2014  di hutan kawasan Sakaian Mayan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur dengan diameter bunga 60 cm. Keunikan Puspa langka ini akan bisa dinikmanti hingga 6 hari kedepan.


Rafflesia jenis bengkuluensis ini berada di jarak 15 meter dari habitat Rafflesia arnoldii. Terlihat satu bonggol sebesar bola kasti berada didekat ( jarak 1 meter ) bunga yang mekar ini. Menarik untuk disaksikan karena 1 lokasi terdapat 2 jenis Rafflesia.

Sementara itu di lokasi habitat Rafflesia arnoldii, saat ini terdapat 16 bonggol atau calon bunga Rafflesia. Tiga diantaranya diperkirakan mekar pada akhir Oktober mendatang.

Pada lokasi berbeda dalam kawasan hutan Sungai Penangkulan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur atau tepatnya sebelah timur dari hutan kawasan Sakaian Mayan berjarak berkisar 500 meter, terdapat 14 bonggol Rafflesia jenis bengkuluensis.

Ayooo Berkunjung !!
SALAM LESTARI !!! SALAM RIMBAWAN !!
Bengkulu The Land Of Rafflesia !!

Kamis, 02 Oktober 2014

Aturan Dasar Memasuki Kawasan Habitat Rafflesia

Sekilas Sejarah Rafflesia:
BENGKULU atau terkenal dengan sebutan BUMI RAFFLESIA merupakan rumah bagi bunga tunggal terbesar bisa mencapai diameternya 110 cm. Rafflesia arnoldii sudah terkenal didunia sehingga banyak wisatawan lokal maupun asing yang tertarrik untuk melihatnya.

Bunga Rafflesia terkenal di dunia karena dua hal, yaitu; 

1.Keunikannya, dimana tumbuhan terdiri dari bunga saja, tanpa daun dan tanpa batang; 

2.Rafflesia hampir dipastikan menjadi bacaan wajib bagi siswa SMA dan Universitas di seluruh dunia. 

Rafflesia merupakan tumbuhan parasit obligat. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu hidup senidiri.

Bunga raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Bengkulu di suatu tempat dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga Bengkulu dikenal di dunia sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi Rafflesia. Seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali. Dr. Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles.


Agar terhindar dari kepunahan (tetap lestari) ada beberapa aturan dasar ketika memasuki kawasan habitat Rafflesia yakni ; 

1.Larangan masuk kawasan sendirian dan harus dengan pemandu (quide) setempat; 

2.Selalu berjalan di jalan setapak yang telah tersedia;

3.Hanya satu rombongan (lima pengunjung) didekat lokasi Rafflesia dan tiap rombongan harus bergiliran untuk melihat.

4.Hati-hati melangkah, kemungkinan potensi menginjak kuncup yang kecil;

5. Larangan merusak dan mengambil tumbuhan; 

6. Jangan membuang sampah di dalam kawasan; dan 

7. Hormati budaya setempat. 

SELAMAT DATANG DI BENGKULU BUMI RAFFLESIA SEBENARNYA !! 
SALAM LESTARI !! 
Info Rafflesia Mekar : 
a. Komunitas Peduli Puspa Langka (Sofian) HP. 081377644363 
b. Kelompok Peduli Puspa Langka Tebat Monok Kepahiang (Pak Holidin) HP. 085273693969 
c. KomunitasPemuda Padang Guci Peduli Puspa Langka Kaur (Noprianto) HP. 085366076083
d. Website Komunitas Peduli Puspa Langka www.rafflesia.or.id