Cari Tiket Pesawat Promo
Minggu, 31 Mei 2015
Cughup Napalan Kaur Utara
Jumat, 29 Mei 2015
Kantong Semar (Nepenthes sp) di HL Raje Mendare
Di Indonesia, sebutan untuk tumbuhan ini berbeda antara daerah satu dengan yang lain. Masyarakat di Riau mengenal tanaman ini dengan sebutan periuk monyet, di Jambi disebut dengan kantong beruk, di Bangka disebut dengan ketakung, sedangkan nama sorok raja mantri disematkan oleh masyarakat di Jawa Barat pada tanaman unik ini. Sementara di Kalimantan setiap suku memiliki istilah sendiri untuk menyebut Nepenthes sp. Suku Dayak Katingan menyebutnya sebagai ketupat napu, suku Dayak Bakumpai dengan telep ujung, sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya dengan selo bengongong yang artinya sarang serangga (Mansur, 2006).
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Caryophyllales; Famili: Nepenthaceae; Genus: Nepenthes;
Selain berpotensi sebagai tanaman hias, kantong semar juga dapat digunakan sebagai obat tradisional (Mansur, 2006). Sementara itu, kandungan protein di dalam kantongnya berpotensi untuk pengembangan bertani protein menggunakan tanaman endemik Indonesia (Witarto, 2006). Dalam penelitiannya baru-baru ini, Witarto (2006), berhasil mengisolasi protein dalam cairan kantong atas dan kantong bawah dari N. gymnamphora dari Taman Nasional Gunung Halimun. Dari masing-masing 800 ml cairan yang dikumpulkan dari kantong, dapat dimurnikan protein sebanyak 1 ml. Uji aktivitas terhadap protein yang telah dimurnikan menunjukkan bahwa protein itu adalah enzim protease yang kemungkinan besar adalah Nepenthesin I dan Nepenthesin II.
Dalam Ekspedisi Gunung Patah (10 - 21 Mei 2015), tim menemukan titik yang menjadi habitat Kantong semar (Nepenthes sp) di HL Raje Mendare. Habitat berada di titik ketinggian 1900 mdpl koordinat S 04' 19 08 7 E 103' 18 15 3 yang memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi.
Burung Berkik - Gunung Merah (Scolopax saturata)
Berikut salah satu jenis hewan yang temukan di hutan hujan tropis HL Raje Mendare :
Burung Berkik-gunung merah memiliki nama latin Scolopax saturata. Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal juga dengan nama Dusky Woodcock atau Rufous Woodcock.
Burung ini merupakan jenis burung berukuran kecil, bahkan lebih kecil dibandingkan dengan Eurasian Woodcock, serta memiliki warna bulu yang lebih gelap.
Habitat burung berkik-gunung merah adalah hutan gunung yang lembab di Pulau Sumatera dan Jawa. Mereka dapat ditemukan di daerah hutan gunung dengan ketinggian antara 1500 - 3000 m di atas permukaan laut.
Burung berkik-gunung merah membuat sarang berupa lumut di semak yang tidak terlalu rimbun. Tidak diketahui berapa jumlah dari populasi burung jenis ini. Namun yang pasti mereka masih sering terlihat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.
Seperti yang kita tahu, luas hutan di Jawa dan Sumatera kian hari kian menyempit akibat pembukaan lahan baru dan penebangan liar, tetapi hutan gunung sebagai habitat utama jenis burung ini, masih relatif aman. Meskipun demikian, populasi mereka setiap tahunnya mengalami trend menurun. Dan saat ini menurut IUCN Redlist, populasi burung berkik-gunung merah berada pada status "Hampir Terancam (NT)".
Pada pendakian gn patah team sempat menemukan secara langsung spesies ini, di ketinggian 2300 mdpl, awalnya tidak mempercayai jenis burung pemakan ikan ini ada di ketinggian diatas 2000 mdpl, tapi ternyata memang berkik adalah spesies endemik yang hanya ditemukan di pegunungan tinggi, danau serta hutan hujan yang basah. (Publikasi lengkap sedang disusun)
#XPDC Gunung Patah
Gunung Patah Bukit Raje Mendare
Pada ketinggian 2450 mdpl terdapat danau sewarna bumi oleh penduduk lokal dinamakan "Danau Tumutan 7" yang merupakan sumber mata air dari 7 sungai. Pada ketinggian 2650 mdpl terdapat Kawah & Puncak Gunung Pada ketinggian 2817 mdpl.
Bukit Raje Mendare merupakan hutan hujan Sumatra yang masih perawan dan menyimpan kekayaan alam yang sangat menawan. Keberadaan Flora dan fauna langka yg semakin terancam funah seperti; Rafflesia, Amorphophallus, Kantong Semar, Anggrek, Gajah, Harimau, Rusa, Beruang, Paok Schneider, Pitta schneider, siamang, dll kemungkinan masih bisa dijumpai disini.
Selain itu Bukit Rajemendare dipercayai oleh penduduk lokal sebagai cikal bakal Kerajaan Seriwijaya. (KPPGPPL)
Catatan perjalanan lengkap tim Ekspedisi Gunung Patah secara tertulis akan segera di realese oleh tim yang terdiri dari gabungan pendaki Alumni Kampala FP Unib dan Komunitas Pemuda Padang Guci Peduli Puspa Langka (KPPGPPL) di kaskus oanc. Report resmi lengkap (on progress).
#XPDC Gunung Patah With Jack Rimba, Triputra Kesuma, Muaz Gimilang, Nopri Anto & Amix Gegep
Situs Megalitik Batu Monolith Padang Guci
Pada awalnya di sekitar monolith terdapat batu dengan ukuran yang lebih kecil dan rotan yang sudah membatu, namun pada tahun 2008 ketika didirikan cungkup di atasnya, batu dan rotan tesebut dipindahkan. Keberadaan tinggalan megalitik berupa monolith di lokasi ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai tempat berziarah (puyang). Kondisi tinggalan pada saat ini cukup terawat.
Upaya pelindungan telah dilakukan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaaan dan Pariwisata Kaur dengan dibuatkan cungkup sebagai pelindungan. Untuk pemeliharaannya
#KPPGPPL
Info & Foto : BPCB Jambi
Rabu, 06 Mei 2015
Lokakarya Regional Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Rafflesia dan Amorphophallus di Bengkulu
Bengkulu (Antara) - Kerusakan hutan di Pulau Sumatera akan mempercepat kepunahan sejumlah flora langka, termasuk jenis Rafflesia dan Amorphopalus, kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Adi Susmianto.
"Karena sebagian besar habitat bunga langka Rafflesia dan Amorphophallus ada di kawasan hutan," kata dia, saat lokakarya regional penyusunan strategi dan rencana aksi konservasi Rafflesia dan Amorphophallus di Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan berbagai aktivitas yang intens di dalam kawasan hutan menjadi ancaman utama untuk pelestarian puspa langka itu.
Apalagi dua bunga itu dapat dikenali dan diketahui keberadaannya di satu kawasan tertentu bila dalam kondisi berbunga atau mekar.
"Sementara tidak setiap saat bunga Rafflesia atau Amorphophallus itu mekar, sehingga ini menambah ancaman di habitatnya," ucapnya.
Dalam penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Rafflesia dan Amorphophallus yang digelar di Bengkulu, ia mengatakan ada tiga aksi yang diharapkan mampu melestarikan Rafflesia dan Amorphophallus.
Tiga aksi tersebut yakni konservasi "insitu" atau pelestarian di habitat asli, konservasi "ekssitu" atau pelestarian di luar habitat serta serta penyadaran masyarakat atau "public awareness".
Ia mengatakan strategi dan rencana aksi konservasi tersebut disusun oleh para pihak, termasuk peneliti bunga Rafflesia dan Amorphophallus dari perguruan tinggi.
Tidak hanya itu, aspirasi kelompok pelestari bunga Rafflesia dan Amorphophalus juga ditampung dalam strategi dan rencana aksi tersebut, salah satu contohnya adalah rencana pemberian insentif bagi pemelihara puspa langka.
"Perlu juga mengakomodir masyarakat yang memiliki lahan habitat bunga langka yang berada di luar kawasan hutan, memberikan insentif agar mereka melestarikan bunga yang hidup di atas lahannya," tutur dia.
Dokumen SRAK tersebut diharapkan menjadi rujukan nasional dalam pelestarian dan pemanfatan puspa langka Rafflesia dan Amorphophallus yang akan diluncurkan saat Simposium Internasional Rafflesia dan Amorphophallus di Bengkulu pada September 2015.
Peneliti Rafflesia dari Universitas Bengkulu Agus Susatya mengatakan ada lebih 12 jenis Rafflesia di Indonesia dan 10 jenis terdapat di Pulau Sumatera.
"Kerusakan kawasan hutan menjadi penyebab utama ancaman kepunahan bunga langka ini, sementara pengembangan secara eks situ atau di luar habitat sangat sulit," ucap dia.
Hal ini dibenarkan peneliti habitat Rafflesia dari Kebun Raya Bogor Sofie Mursidawati. Ia mengatakan pernah memindahkan inang Rafflesia dari Pangandaran Jawa Barat pada 2004, dan baru berhasil mekar untuk pertama kali pada 2010.
"Baru satu jenis yaitu Rafflesia padma. Saya sudah mencoba untuk jenis Rafflesia arnoldii, tapi sepertinya lebih rumit dari semua jenis Rafflesia, ukuran arnoldii yang paling besar," ungkapnya.