KPPGPPL BLOG: Juli 2015

Minggu, 26 Juli 2015

Rafflesia Bengkuluensis Mekar Juli 2015 di Padang Guci, Kaur

Satu kuntum bunga rafflesia jenis bengkuluensis kembali mekar pada tanggal 12 Juli 2015 di Padang Guci Kab. Kaur Bengkulu. Bunga mekar kelopak lima dengan diameter 53 cm pada ketinggian 15 cm diatas permukaan tanah.

Rafflesia bengkuluensis merupakan jenis baru dari Indonesia. Jenis ini memakai nama epithat "Bengkuluensis" untuk menghormati Bengkulu sebagai lokasi pertama kali jenis ini didiskripsikan. Jenis ini pertama kali didiskripsikan oleh Agus Susatya bersama 2 rekanya dari Malaysia, yakni Arianto dan et Mat - Salleh di desa Talang Tais, Padang Guci, Kabupaten Kaur pada tahun 2005.

Rafflesia bengkuluensis berukuran medium ( diameter bunga 50-55 cm ) dengan helai perigon berukuran 15-19 cm. Helai perigon berwarna orange tua atau merah bata, dengan bercak berwarna orange muda dan berukuran panjang 9 mm dan lebar 4-6 mm.

Jenis ini favorit tumbuh di daerah hutan hujan tropis dilembah bukit barisan Sumatera atau tepatnya di kawasan Sungai Penangkulan Desa Manau Sembilan Kec. Padang Guci Hulu Kab. Kaur Bengkulu yang berjarak 200 km di Selatan Kota Bengkulu Indonesia.

Akses menuju lokasi terbilang cukup mudah. Dari desa Manau Sembilan dengan menggunakan kendaraan roda dua hanya membutuhkan waktu 15 menit hingga di kebun warga , kemudian dilanjutkan berjalan kaki selama 10 menit menuju di lokasi lokasi habitat Rafflesia.

Salam Lestari!

Minggu, 05 Juli 2015

5 - 7 hari lagi bonggol Rafflesia bengkuluensis ini mekar

Saat tim KPPGPPL melakukan peninjauan harini 5 Juli 2015, terlihat Bonggol sudah memasuki fase perigon sempurna dengan ukuran diameternya  21 cm.

"Kami memperkirakan bonggol ini akan mekar sempurna pada tanggal 11 atau 12 Juli 2015".

Untuk melihat Puspa Langka ini sekarang sudah tidaklah begitu sulit, karena dari desa dengan menggunakan kendaraan roda dua hingga kebun warga akses terbilang cukup lancar. Selanjutnya, dari kebun warga hingga ke lokasi rafflesia bengkuluensis hanya memakan waktu 10 menit.

Rafflesia bengkuluensis ini tepatnya berada di Kawasan Hutan Sungai Penangkulan desa Manau Sembilan Kec. Padang Guci Hulu Kab. Kaur Bengkulu.

Selamat Berkunjung!

Sabtu, 04 Juli 2015

Tips Menghindari Serangan Binatag Liar

Mendaki gunung atau menyusuri hutan jadi cara traveling favorit para petualang. Bertemu binatang liar memang menjadi menu yang terkadang sulit di hindari. Memutuskan naik gunung, sama saja dengan bermain di habitat asli berbagai hewan liar yang tak jarang berbahaya dan beracun. Namun, tentu saja hal ini dapat diantisipasi atau dihindari dengan sedini mungkin.

Dan berikut ini tips menghindari binatang liar di gunung yang bisa Anda jadikan acuan.

1. Jauhi hewan yang sedang bersama anaknya
Semua hewan liar umumnya akan menghindari manusia, kecuali jika merasa terpojok atau terancam. Salah satu hal yang bisa membuat hewan liar menyerang adalah ketika ia bersama anaknya. Naluri melindungi anak pada hewan begitu tinggi, begitu ia melihat ada manusia yang bisa mengganggu anaknya, secara alami ia akan lebih agresif untuk melindungi anaknya.

2. Hindari mendaki pada malam hari
Kebanyakan hewan buas, seperti macan, aktif pada malam hari atau nokturnal. Salah satu cara agar terhindar dari ancaman hewan buas adalah mendaki pada pagi atau siang hari. Hentikan segala aktivitas pada malam hari, agar risiko berjumpa hewan buas sangat kecil.

3. Jangan panik saat bertemu ular
Sebagian besar ular yang ada di Indonesia tidak berbisa. Kemungkinan untuk bertemu ular berbisa pun hanya 6 - 8% saja. Jadi, jangan terlalu takut saat bertemu ular. Kalaupun Anda melihat ular secara tidak sengaja saat menjelajah hutan atau gunung, jangan langsung panik. Cukup diam di tempat, tenangkan diri dan perhatikan kulit ular. Ular yang berbisa umumnya memiliki kulit mengkilap. Jangan ganggu ular dengan lemparan batu atau suara ribut. Suasana sekitar yang tenang membuat ular merasa aman, sehingga tidak menyerang.

4. Gunakan pakaian lengkap, jangan terlalu terbuka
Penting sekali memerhatikan pakaian saat mendaki gunung. Gunakan sepatu boot, celana dan baju lengan panjang. Jangan lupa juga untuk mengenakan topi. Sepatu boot bisa menghindari Anda dari gigitan hewan buas yang berada di tanah.

Begitu juga dengan celana dan baju lengan panjang, ini bisa menghindari Anda dari pacet atau lintah yang banyak ditemukan di gunung atau hutan. Topi melindungi kepala Anda dari kejatuhan hewan berbahaya yang mungkin saja jatuh dari atas pohon.

5. Jangan gunakan parfum atau sabun
Parfum atau sabun umumnya menghasilkan aroma segar yang bisa mengundang serangga, seperti lebah dan tawon. Tidak menggunakan parfum atau sabun sebelum mendaki bisa menghindari Anda dari sengatan lebah.

6. Jangan duduk di pohon tumbang atau batu besar
Ketika lelah, sebaiknya jangan duduk di pohon tumbang atau batu besar, kecuali sudah diperiksa terlebih dahulu. Ular atau kalajengking umumnya senang bersembunyi di sela - sela batu dan kayu. Dengan berhati - hati saat istirahat, Anda telah menghindar dari ancaman hewan buas.