KPPGPPL BLOG: Maret 2015

Kamis, 26 Maret 2015

Rafflesia Bengkuluensis Mekar Kelopak 6 di Padang Guci Kab. Kaur

Rafflesia bengkuluensis memang favorit mekar di kawasan hutan Sungai Penangkulan Padang Guci Hulu Kab. Kaur. Kembali satu kuntum rafflesia jenis ini mekar harini (26/3/2015) sangat langka yaitu mempunyai kelopak 6 dengan diameter bunga 45 cm, dan berada diketinggian 2 meter dari permukaan tanah.

Dilokasi habitat Rafflesia bengkuluensis saat ini mempunyai 8 bonggol/calon bunga dalam fase kopula dan fase barakta.

Sementara itu di dalam kawasan hutan Sakaian Mayan yang merupakan habitat Rafflesia arnoldii, terdapat satu bonggol yang sudah dalam fase perigon sempurna yang arti dalam beberapa minggu mendatang Rafflesia ini juga akan mekar. Dalam kawasan habitat Rafflesia jenis arnoldi saat ini menyisakan 4 bonggol dalam fase kopula dan brakta.

Salam Lestari!
KPPGPPL 2015

Senin, 23 Maret 2015

Tragis...!Habitat Rafflesia Dirusak

Rafflesia! siapa yang tidak kenal, merupakan bunga terbesar di dunia, bunga yang menjadi ikon Propinsi Bengkulu sekaligus bunga kebanggaan masyarakat Bengkulu. Upaya untuk menjaga kelestariannya pemerintah mengeluarkan Undang - undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Pelestarian Alam Hayati dan Ekosistemnya. Barang siapa yang merusak dengan sengaja akan dikenakan tindakan pidana sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

Namun, hal tersebut tidak juga cukup menyadarkan masyarakat untuk tidak merusak kelangsungan hidup flora langka tersebut.

Kali ini perusakan terjadi di Kawasan Hutan Sungai Penangkulan Padang Guci Hulu, yang merupakan wilayah favorit tumbuhan Rafflesia bengkuluensis.

"Mereka memotong tumbuhan inang (tetrastigma) yang merupakan tempat bergantungnya kelangsungan hidup bunga Rafflesia. Selanjutnya mereka membakar lokasi tersebut yang mengakibatkan sejumlah bonggol/calon Bunga Rafflesia mati atau musnah".

Akibatnya..kawasan tersebut sulit untuk terselamatkan dan sangat sulit untuk kembali ditumbuhi bunga Rafflesia yg menjadi kebangaan itu.

Saat ini habitat Rafflesia di hutan Padang Guci Hulu ada 2 titik lagi. 1 titik berlokasi di hutan Sungai Penangkulan untuk Rafflesia bengkuluensis & 1 titik dihutan Sakaian Mayan untuk Rafflesia arnoldii.

"Sulit untuk dipercaya untuk apa mereka merusak/membakarnya padahal tumbuhan tersebut jelas-jel as tidak menggangu bahkan jika dikelolah dengan baik tumbuhan tersebut bisa mendatangkan manfaat bagi manusia itu sendiri".

Mari membuka diri untuk bersyukur & berlaku adil terhadap alam yang memberikan sejuta manfaat bagi kelangsungan hidup kita !

KPPGPPL 2015

Minggu, 22 Maret 2015

Adakah Sang Maha Pencipta di Balik Keindahan Alam Semesta?

Menurut penyelidikan para ahli Psikologi jiwa manusia itu  memiliki tiga aspek penting yaitu perasaan , pikiran  dan kehendak. Jika perasaan  lebih dominan, maka dia akan menjadi seniman. Jika pikiran lebih menonjol, itu adalah tanda akan menjadi filsuf. Jika  yang lebih dominan itu kehendak,  maka dia akan menjadi pahlawan atau pemimpin yang berani untuk mengadakan pembaharuan dan perubahan suatu bangsa.

Jika seseorang cenderung kepada seni dan keindahan, cobalah  berpikir, siapakah atau kekuatan apakah yang dapat memberikan keindahan kepada alam semesta itu? Apakah alam ini terbentuk dengan sendirinya ataukah ada kekuatan Maha Pencipta yang tidak ada tandingannya?

Cobalah arahkan pandangan anda kepada laut yang terhampar luas,  gunung-gunung yang tampak perkasa, matahari selalu terbit di timur dan terbenam di barat sehingga terjadi pergantian siang dengan malam dan malam berganti dengan siang.  Angin lembut melambaikan pucuk kelapa di tepi pantai, suara gesekan pohon bambu yang berirama ditiup angin lembut, gelombang yang menerjang karang lalu terhempas di pantai, semuanya laksana simponi  musik yang indah dan megah.

Seni akan meningkat ketika kita melihat fajar di ufuk timur, matahari terbit disambut oleh burung-burung bernyanyi riang, embun di pagi hari berubah menjadi uap yang terbang ke udara, tubuh terasa segar dan mejadikan bersemangat meskipun tidak makan dan minum.

Subhanallah!
Perhatikan firman Allah :
surah / surat : Ali Imran Ayat : 190

inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli waalnnahaari laaayaatin li-ulii al-albaabi

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

Demekian ,Semoga Bermanfaat...!!!

Sumber : unes36.blogspot.com | http://padanggucionstar.blogspot.com

Sabtu, 21 Maret 2015

Cughup Suromeka Padang Guci

Masyarakat Padang Guci Hulu Air Terjun ini dinamakan "Cughup Suromeka" karena letaknya memang dekat dengan persawahan Suromeka milik warga Padang Guci Hulu. Kata "cughup" memang hampir sama dengan bahasa sunda  “curugh” sebutan untuk air terjun. Cughup artinya air sungai yang mengalir dari ketinggian.

Cughup (Air Terjun) Suromeka
 Dahulu untuk menjangkau Cughup Suromeka ini kita harus berjalan kaki naik-turun tebing dan melewati kebun kopi milik warga yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari desa Manau Sembilan atau desa Bungin Tambun. Namun, sekarang jalan menuju lokasi sudah diperbaiki sehingga jika  menggunakan kendaraan roda dua bisa melaju dengan lancar hingga sampai di kebun warga atau tepatnya dimana Prasasti Tapak Kaki berada. Disini kita dapat melihat-lihat dulu peninggalan sejarah, seperti "Prasasti Tapak Kaki" yang memang satu arah menuju lokasi Cughup Suromeka.

Prasasti Tapak Kaki
Selanjutnya, karena lokasi Cughup ini berada di sekitar persawahan penduduk yang berjarak sekitar 400 meter, perjalanan harus dilanjutkan dengan tracking (penjelajahan) dengan menelusuri persawahan tersebut. 

Rasa lelah pun terobati ketika kita berada dilokasi. Air terjun ini mengalir cukup deras dengan ketinggian lebih kurang 7 meter, memiliki kolam penampungan cukup dalam yang memugkinkan kita untuk mandi. Terdapat pohon-pohon besar disekeliling kawasan ini membuat suasana sangat sejuk dan memanjakan mata kita.

Keterangan :
Nama : Cughup Suromeka
Ketinggian : - + 7 Meter
Lokasi : Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu

Jumat, 20 Maret 2015

Bunga Bangkai ( Amorphophallus Titanum) Mekar di Kab. Kaur

Bunga bangkai ini dipergoki warga Padang Guci Hulu beberapa hari yang lalu sedang mekar disekitar wilayah perkebunan Cancap Padang Guci Hulu Kab.Kaur.

Bagi warga Padang Guci Bunga ini dikenal dengan sebutan Bunge Keghubut. Info & Foto by Teddy Cepak (KPPGPPL)

Amorphophallus titanum atau Titan Arum atau biasa disebut Bunga Bangkai merupakan tumbuhan asli Sumatera yang terkenal memiliki kelopak raksasa serta bau tak sedap layaknya daging busuk.

Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar.

Bunganya berumah satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri.

Rabu, 18 Maret 2015

MENYIMAK POTENSI WISATA ALAM RAFFLESIA PADANG GUCI

Hutan tropis Padang Guci Kabupaten Kaur Bengkulu menyimpan kekayaan alam yang bernilai sangat tinggi ditumbuhi dua jenis flora langka dunia, yaitu bunga rafflesia jenis bengkuluensis dan bunga raffflesia jenis arnoldii. Sepanjang tahun 2014, KPPGPPL mencatat sebanyak 24 rafflesia yang telah mekar dalam kawasan ini. 14 merupakan raffflesia jenis bengkuluensis dan 10 merupakan rafflesia jenis arnoldii.

Rafflesia bengkuluensis merupakan jenis terbaru dari Indonesia, jenis ini terbilang langka sejak di temukan dan dideskripsikan oleh Agus Susatya bersama dua rekannya dari Malaysia (Arianto, et Mat-Salleh) di desa Talang Tais Kabupaten Kaur pada tahun 2005. Susatya dkk, menggambarkan jenis ini berukuran medium dengan diameter bunga antara 50 - 55 cm. Helai perigon berwarna oranye tua atau merah bata. Rafflesia bengkuluensis mempunyai sebaran geografis terbatas di lembah Talang Tais, Manau Sembilan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur atau di wilayah daerah aliran Sungai Cawang Kidau yang terletak di sebelah barat laut Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
 
Rafflesia jenis bengkuluensis

Rafflesia arnoldii yang merupakan jenis rafflesia yang paling terkenal dan terbesar dari semua jenis yang ada didunia, mempunyai kisaran diameter 70 - 110 cm dan mempunyai warna orange sampai orange tua pada perigon.  Jenis ini pertama kali ditemukan pada tahun 1818 tepatnya di tepian Sungai Manna Pulo Lebar Kabupaten Bengkulu Selatan oleh seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang sedang mengikuti ekspedisi Thomas Stanford Raffles di hutan Bengkulu. Jenis mempunyai sebaran geografis yang paling luas. Laporan keberadaan jenis ini terbanyak datang dari Propinsi Bengkulu.

Rafflesia jenis arnoldii
Keistimewaan rafflesia yang bermekaran di Padang Guci Kabupaten Kaur adalah selain hutan yang masih alami, lokasi bunga mekar dan bonggol-bonggolnya terbilang cukup ekstrim, dimana untuk benar-benar sampai ke lokasi, pengunjung harus berkali-kali naik turun tebing, melintasi sawah/kebun penduduk, melintasi beberapa sungai besar dan anak sungai, sehingga mempunyai tantangan tersendiri bagi yang suka berpetualang di alam liar. Di dalam kawasan juga terdapat flora liar yang dapat dinikmati oleh para pengunjung. Selain itu, potensi wisata lainnya diluar kawasan raffflesia adalah terdapat panorama sawah penduduk yang membentang luas disertai aktivitas tradisional penduduk, Sungai Padang Guci  masih  yang jernih dan segar, Air terjun Sakaian Mayan memiliki ketinggian sekitar 8 meter merupakan pintu masuk ke kawasan habitat Rafflesia arnoldii. Sungai Cawang Kidau yang deras berpotensi besar untuk Wisata Arum Jeram, Bendungan Irigasi Cawang Kidau 82 HA (Sekarang sedang dibangun). Bendungan PLTM di Bungin Tambun Padang Guci Hulu (Sekarang lagi dibangun), terdapat Batu Parasasti di kawasan Suromeka beserta Air Terjunnya yang masih alami, dll. Tentunya kesemua ini memiliki daya tarik tersendiri, khusus kepada wisatawan yang menyenangi kegiatan alam terbuka (outdoor activity), apresiasi pada alam pedesaan, persawahan dan pedesaan serta kegiatan yang dapat ditingkatkan ke dalam aktivitas tracking (penjelajahan).

Terdapat dua kawasan yang menjadi tempat favorit tumbuhnya puspa langka ini, yaitu: dua titik habitat Rafflesia bengkuluensis yang berada dalam kawasan hutan Sungai Penangkulan. Kawasan ini merupakan lahan non produktif milik warga, dan satu titik habitat Rafflesia arnoldii yang berada dalam kawasan hutan Sakaian Mayan desa Manau Sembilan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur. Kawasan ini merupakan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

Lokasi keberadaan bunga rafflesia tepatnya berada di desa Manau Sembilan Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu, berjarak 200 km di selatan Ibu Kota Provinsi Bengkulu, 50 km dari kota Manna Bengkulu Selatan, dan berjarak sekitar 60 km di Utara Kota Bintuhan Kabupaten Kaur. Untuk mencapai ke dua lokasi habitat tersebut jalur transportasi dari kota ke desa sangat lancar, begitu juga dari desa kehabitat rafflesia hanya berjarak lebih kurang 3-5 km dibutuhkan kurang lebih 2 jam dengan aktivitas tracking (penjelajahan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Denah lokasi habitat R. arnoldii & R. bengkuluensis
Terkait dengan infrastruktur di dalam kawasan ini ada beberapa kendala dan perlu ditingkatkan, yaitu; (1) Di dalam kawasan belum memiliki ruang Informasi yang merupakan bagian yang sangat penting dan awal terkait dengan ekoturisme. (2) Pintu masuk ke lokasi menyeberangi Sungai Cawang Kidau, sungai yang memiliki arus yang cukup deras sebesar pinggang orang dewasa, ketika musim hujan sungai ini bisa meluap dengan deras sehingga sangat menyulitkan pengunjung untuk ke lokasi. (3) Jalan setapak yang ada dalam kawasan masih semak belukar , perkiraan panjang jalan setapak 500 m. (4) Pintu masuk ke habitat Rafflesia arnoldii harus mendaki tebing dengan posisi kemiringan tanah sekitar 80 °, tinggi tebing sekitar 8 meter, sisi kiri merupakan jurang yang cukup tinggi tanpa adanya pegangan, sehingga sangat menyulitkan mpengunjung yang hendak ke lokasi. (5) Tempat beristirahat pengunjung menuju lokasi belum tersedia. Karena lokasi kawasan konservasi terbilang cukup jauh ketersediian fasilitas ini, sangat dibutuhkan pengunjung untuk melihat Flora Langka Khas Bengkulu. (6) Belum adanya pemagaran yang memadai dalam kawasan habitat bunga Rafflesia. Ini diperlukan untuk mencegah serangan binatang liar dan sebagai pembatas antara pengunjung. (7) Petunjuk dan Arah jalan setapak (sign) dalam kawasan belum tersedia; ini diperlukan agar pengunjung dapat mengatur waktu berjalan dan karena jalan setapak turun dan naik dan relatif agak dalam masuk hutan.

Salam Lestari !!!
Bengkulu The Land Of Rafflesia !!
KPPGPPL 2015

Sabtu, 07 Maret 2015

Ditemukan Satu Rafflesia Sedang Mekar di Padang Guci Kab. Kaur

Satu kuntum Rafflesia jenis bengkuluensis ditemukan sedang mekar harini (7 Maret 2015) di Padang Guci Hulu Kab. Kaur. Awalnya Rafflesia ini diketahui berdasarkan laporan masyarakat kepada KPPGPPL yang berkebun disekitar area itu.

Rafflesia ini mekar diameter 52 cm dengan kondisi kelopak terjepit diantara akar-akar liar yg ada dilokasi, sehingga menyebabkan bunga tidak bisa mekar sempurna. Di dalam lokasi juga ditemukan satu bonggol/kuncup Rafflesia bengkuluensis yang masih berukuran kecil juga tanaman inang (Tetrastigma) berukuran jempol kaki menjalar kedalam tanah.

Lokasi Rafflesia mekar tepatnya berada di sekitar area Perkebunan Lipih  di pinggir Sungai Cawang Kidau desa Manau Sembilan Kec. Padang Guci Hulu Kab. Kaur atau berada di jarak sekitar 2 kilometer arah utara Habitat Rafflesia bengkuluensis di Sungai Penangkulan.

Sementara itu di lokasi habitat Rafflesia bengkuluensis di Kawasan Hutan Sungai Penangkulan Padang Guci Hulu, saat ini terdapat satu bonggol Rafflesia bengkuluensis siap mekar dalam kurun waktu 4 hingga 7 hari lagi, kondisi bonggol sudah memasuki fase perigon sempurna. Data ini didapat berdasarkan peninjauan rutin yang dilakukan oleh KPPGPPL pada hari Juma't, 6 Maret 2015.

Salam Lestari!
Bengkulu The Land Of Rafflesia!

Rabu, 04 Maret 2015

Tentang KPPGPPL

Komunitas Pemuda Padang Guci Peduli Puspa Langka (KPPGPPL) adalah sekelompok orang yang terdiri dari warga dan sebagian pelajar Padang Guci yang bergerak dibidang pelestarian flora dan fauna langka Bengkulu dan bertekad kuat memperkenalkan potensi wisata, budaya, serta sejarah daerah.

Awal berdirinya komunitas ini pada bulan Februari 2014 setelah mendapat laporan dari warga tentang mekarnya bunga Raflesia kemudian mereka melakukan ekspedisi kecil bersama 4 orang dari Balai Penelitian dan Pengembangan Prov. Bengkulu dan Sofian Ramadhan Koord. Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu.

Komunitas Pemuda Padang Guci Peduli Puspa Langka (KPPGPPL) terbentuk atas kesamaan visi dan minat pemuda padang guci dalam rangka melestarikan Puspa Langka. dalam hal ini adalah Bunga Raflesia, setelah melakukan ekspedisi pertama kali awal tahun 2014 sejak itu diketahuilah bahwasanya di hutan manau ix Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur terdapat Bunga Raflesia yang meruakan salah satu bunga terbesar di dunia.

Latar belakang dibentuknya komunitas ini didasari oleh kepedulian terhadap puspa langka yang semakin hari semakin terancam habitatnya akibat perambahan hutan juga minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap kondisi habitat bunga rafalesia yg ada di Padang Guci Hulu. KPPGPPL berharap bunga Rafflesia dan puspa lainnya dpt tumbuh aman dan terjaga, sehingga masyarakat atau dunia luar tidak hanya mengenal bunga tsb dari foto atau gambar saja tetapi berkeinginan utk datang ke habitat aslinya di hutan Padang Guci dan menikmati keelokannya.

KPPGPPL bermaksud untuk memberikan kontribusi positif bagi promosi wisata Rafflesia. Komunitas  terus melakukan publikasi melalui blog, web, FB dan juga Media lokal maupun nasional. Dengan adanya publikasi tersebut diharapkan wisatawan lokal / Pelajar saja dulu secara bergantian berdatangan melihat bunga Rafflesia mekar sempurna di hutan Padang Guci.

Komunitas Pemuda Padang Guci Peduli Puspa Langka (KPPGPPL) terbuka untuk umum dari semua kalangan untuk bergabung, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman serta melakukan ekspedisi/petualangan yang berkesan. Mari bersama kita kampanyekan �Save Puspa Langka, Save Rafflesia� agar icon Bengkulu sebagai �The Land of Rafflesia� tidak hanya sekedar slogan saja tetapi memang benar adanya.

Ayoo.. bantu kami menyebarluaskan agar semua peduli!..Salam Lestari ...!!
Sumber : Info Pusaka Kab. Kaur

Senin, 02 Maret 2015

MENGENAL SUKU BANGSA PASEMAH

Suku Bangsa Pasemah sebagian berdiam di wilayah Kabupaten Lahat dan Ogan Komering Ulu (OKU), Propinsi Sumatra Selatan, sebagian lainnya berdiam di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu. Di wilayah Kabupaten Lahat mereka berdiam di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Kota Pagar alam, Jarai, Padangtepung. Tanjung- sakti Kutaagung, Pulaupinang, Kotalahat, Kikim, dan Merapi.

Di Kabupaten OKU mereka berdiam di Kecamatan Muaraduakisam dan Kecamatan Pulauberingin. Orang Pasemah di Propinsi Bengkulu seolah- olah terbagi atas dua kelompok, yaitu Pasemah Kedurang dan Pasemah Padang Guci. Orang Pasemah Kedurang berdiam di wilayah Kecamatan Manna, sedangkan orang Pasemah Padang Guci mendiami Kecamatan Manna, Kaur Utara, Kaur Tengah, dan Bengkulu Selatan.

Orang Pasemah di Propinsi Sumatra Selatan diperkirakan berjumlah sekitar 60.000 jiwa, sedangkan orang Pasemah Kedurang 3.000 jiwa, dan orang Pasemah Padang Guci 50.000 jiwa pada tahun 1985.

Orang Pasemah mempunyai bahasa sendiri, yaitu bahasa Pasemah, sebagai bagian dari rumpun bahasa Melayu. Mereka umumnya memeluk agama Islam. Mereka hidup bertani sawah, berkebun kopi, buah buahan,dan sayur-mayur.

Orang Pasemah mempunyai kedudukan tersendiri dalam sejarah kebudayaan Indonesia, karena peninggian tradisi megalitik (batu besar) yang berjumlah ratusan, buah. Tradisi megalitik tersebut berupa batu-batu besar yang berfungsi sebagai alat pemujaan, upacara, dan penguburan. Arca-arca megalitik di daerah Pasemah ini sudah . mulai diteliti sejak abad ke-19.

Seorang pakar prasejarah, Robert von Heine- Geldem, menyatakan bahwa arca-arca di daerah ini merupakan arca yang lebih dinamis dibandingkan dengan arca megalitik yang ada di daerah lain. Peninggalan tradisi megalitik berupa menhir (batutegak) dengan variasi ukuran 1 — 4,5 meter, berhiaskan pahat-an atau polos. Temuan arca besar di Tinggihari, Mua- radua Pulaupenggung, dll. memiliki ciri berbeda bila dibandingkan dengan peninggalan megalitik di Sulawesi Tengah, Gunung Kidul, atau Bondowoso. Peninggalan di Pasemah ini lebih halus dan menggambarkan manusia secara utuh. Ada yang digambarkan mengendarai binatang seperti kerbau. Ada pula hiasan, seperti untaian kalung, gelang tangan, gelang kaki. Pahatan gelang mengesankan gelang perunggu sehingga para ahli berkesimpulan bahwa peninggalan Pasemah ini berasal dari jaman perunggu besi (bronze iron age). Adapun yang masih diperdebatkan adalah fungsi arca-arca itu. Di situs Tinggihari yang pernah diteliti oleh van der Hoop dan Westenenk pada tahun 1930- an, sebagian arcanya berbentuk tokoh-tokoh manusia yang mungkin dijadikan sarana pemujaan.

Sementara di situs Teguswangi ada sebuah kubur peti batu dengan lukisan menarik. Bagi masyarakat setempat, semua peninggalan itu dikaitkan dengan cerita-cerita mengenai seorang tokoh si Pahit Lidah yang memiliki kesaktian untuk mengubah makhluk hidup menjadi batu dengan kutukannya.

Incoming search terms:
•sejarah orang kedurang dan orang padang guci
•pengertian pasemah
•bahasa padang guci dan artinya
•daftar tokoh etnis pasemah
•suku bangsa pasemah
•suku manna
•variasi bahasa pasemah

Sumber Internet