KPPGPPL BLOG: Puspa Langka Nasional Ini Dalam Masa Kepunahan

Selasa, 16 Juni 2015

Puspa Langka Nasional Ini Dalam Masa Kepunahan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1993 Tentang Satwa dan Bunga Nasional menetapkan Rafflesia Arnoldii sebagai bunga Nasional yang penyebutannya dikukuhkan sebagai puspa langka. Hanya saja, minimnya upaya perlindungan dan pelestarian populasi, habitat dan ekosistem puspa terbesar di dunia yang amat rentan mengalami kepunahan ini dalam masa kepunahan.

“Sejauh ini, upaya yang dilakukan pemerintah masih sebatas pada aturan dan kebijakan. Aksi konkret pemerintah masih jauh dari yang diharapkan. Padahal aksi konkret pemerintah sangat dibutuhkan. Minimnya upaya pemerintah secara tidak langsung mengakibatkan R. Arnoldi semakin terancam punah,” kata Koordinator Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu Sofian Ramadhan dihubungi Senin (15/6/2015) malam.

Oleh karena itu, Sofian berharap, pelaksanaan Simposium Internasional Rafflesia dan Amorphophalus 2015 yang akan dilaksanakan pada 14 -17  September 2015 di Bengkulu dapat menghasilkan strategi dan rencana aksi konservasi R. Arnoldi yang melibatkan pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan masyarakat. “Selama ini, hanya segelintir penduduk lokal yang berupaya melakukan perlindungan. Itupun dilakukan secara swadaya, tanpa adanya dukungan atau perhatian dari pemerintah,” tambah Sofian.

Dilansir http://www.mongabay.co.id pada 25 Februari 2015, Peneliti Rafflesia dari Universitas Bengkulu Agus Susatya menerangkan, rafflesia (termasuk Raffelsia Arnoldii) sangat rentan mengalami kepunahan karena bersifat holoparasit. Yakni, tidak memiliki akar, batang dan daun, melainkan hanya berupa kuncup atau bunga dan dilengkapi haustorium yang memiliki fungsi mirip akar yang menghisap sari makanan hasil fotosistesa dari tumbuhan inang. Oleh karena itu, kehidupan rafflesia sangat bergantung pada inangnya. Di lain sisi, kehidupan inang juga sangat tergantung dengan tumbuhan lainnya yang menjadi inang strukturalnya.

Siklus hidup rafflesia bisa mencapai 5 tahun dan terdiri dari 7 fase, meliputi proses penyerbukan, pembentukan buah dan biji, penyebaran biji, inokulasi biji ke inang, kemunculan kuncup bunga atau knop, kuncup yang matang dan bunga mekar. Kuncup rafflesia tumbuh di akar atau batang inang. Sehingga, bisa ditemui tumbuh di permukaan tanah atau menggantung di batang inang. Kuncup yang menggantung disebut juga aerial bud.

Masa mekarnya berlangsung antara 3 – 8 hari. Saat musim kemarau, bunga akan mekar pada hari terjadi hujan. Sedangkan saat musim penghujan, bunga akan mekar pada hari tidak tejadi hujan. Saat mekar, bau daging busuk akan tercium dan mengundang banyak lalat. Lalatlah yang membantu penyerbukan bunga rafflesia. Setelah mekar, mahkota bunga membusuk. Namun bagian dasar bunga rafflesia betina akan membentuk buah.

Waktu yang diperlukan buah untuk matang berkisar 6 hingga 8 bulan. Buah rafflesia yang matang biasanya dimakan Tupai (tupai javanica) dan Landak (Hystrix javanica). Di dalam buah terdapat banyak biji yang berbentuk polong atau kacang-kacangan. Kulit bijinya sangat keras dan sulit pecah. Bila tidak mati, biji akan menginokulasi ke inang. “Namun, bagaimana proses inokulasi biji dan perkembangan biji dalam tubuh inang belum diketahui,” tambah Agus.

Dari aspek reproduksi, rafflesia memerlukan bunga jantan dan betina yang mekar agar terjadi penyerbukan, dan agen penyerbukannya. Padahal, sangat jarang ditemukan bunga jantan dan betina yang mekar saat bersamaan dalam satu lokasi. Ironisnya lagi, tidak semua bunga betina yang mengalami penyerbukan akan menghasilkan biji buah yang terletak di dasar mahkota bunga.
Aspek lainnya adalah kematian rafflesia cukup tinggi. Dari injakan satwa hutan, dimakan oleh tupai dan landak hingga perusakan kuncup atau bunga oleh manusia jahil. “Meskipun tidak mengalami gangguan akibat aktivitas manusia, populasi rafflesia akan cenderung turun atau sangat rentan mengalami kepunahan. Itu dikarenakan sedikit kuncup yang hidup dan menjadi bunga, dan sedikit bunga yang menjadi buah, serta sedikit biji yang berubah menjadi kuncup,” tutur Agus.
Ancaman lebih serius disebabkan oleh pemotongan inang, pembalakan liar dan perladangan yang tidak mendukung siklus hidup rafflesia. ”Di dunia, bunga rafflesia masuk dalam kategori terancam punah. Namun, menurut saya justru sedang dalam masa kepunahan,” kata Agus secara terpisah sebagaimana dilansir http://www.kompas.com pada 20 Juli 2011. (**) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar